MA Darul Ulum Purwogondo

Jl. Kromodiwiryo Purwogondo RT. 05 / RW. 01 Kalinyamatan Jepara

Terbentuknya Peserta Didik yang Sholih dan Sholihah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH SISWA KELAS XI MIPA 1 SMA N 1 PECANGAAN KABUPATEN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Kamis, 19 Nopember 2020 ~ Oleh Muhammad Faizuddin, S.Kom. ~ Dilihat 770 Kali

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH SISWA KELAS XI MIPA 1 SMA N 1 PECANGAAN KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh: Mahasin Dharmawan, S.Pd


A. Abstraksi
Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal di kelas XI MIPA 1 SMA N 1 Pecangaan pada pelaksanaan pra siklus didapati bahwa nilai pengetahuan pra siklus siswa masih sangat rendah, masih banyak siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran sejarah masih dirasakan membosankan oleh siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh belum optimal. Peneliti sebagai guru sejarah di SMA N 1 Pecangaan akan menerapkan model pembelajaran probing-prompting sebagai upaya untuk merangsang siswa memberikan pendapatnya dan tidak malu untuk menyampaikannya, sehingga anak akan lebih berpikir kritis dalam menghadapi masalah. peneliti memberikan sebuah solusi berupa dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting sesuai dengan kondisi dan masalah yang terjadi di kelas tersebut. Dalam model pembelajaran ini, guru melakukan probing yaitu menggali pertanyaan untuk mengetahui tingkat kedalam siswa dalam memahami pelajaran, sedangkan prompting dalam bentuk guru menuntun siswa untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan sehingga jawaban siswa menjadi terarah dan benar. Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk berfikir secara bersama-sama atau berkelompok dalam memecahkan masalah, sehingga terciptalah optimalisasi partisipasi siswa yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

B. Pendahuluan
Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal di kelas XI MIPA 1 SMA N 1 Pecangaan pada pelaksanaan prs siklus didapati bahwa nilai pengetahuan pra siklus siswa masih sangat rendah, masih banyak siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Nilai tertinggi 91, nilai terendah 48, rata-rata nilai pengetahuan 69, 88 % dengan jumlah siswa tuntas 15 siswa dan yang tidak tuntas 19 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 44 % dan persentase tidak tuntas belajar 56%. Sesuai dengan data di lapangan hasil belajar mata pelajaran sejarah di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pecangaan Kabupaten Jepara masih sangat kurang.
Nilai yang kurang memuaskan pada mata pelajaran sejarah juga terjadi di kelas-kelas lainnya. Hal itu berkaitan dengan realitas guru sejarah di SMA N 1 Pecangaan yang belum menerapkan suatu pembelajaran inovatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran jarak jauh saat ini. Pembelajaran yang diterapkan lebih menitikberatkan pada metode ceramah, komunikasi satu arah dan demonstrasi materi lebih kepada penguasaan konsep bukan kompetensi. Pembelajaran sejarah masih dirasakan membosankan oleh siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh belum optimal. Hal tersebut menyebabkan suasana pembelajaran sejarah menjadi kurang menarik dan penguasaan terhadap konsep materi sejarah oleh siswa menjadi sangat kurang. Peneliti sebagai guru sejarah di SMA N 1 Pecangaan akan menerapkan model pembelajaran probing-prompting sebagai upaya untuk merangsang siswa memberikan pendapatnya dan tidak malu untuk menyampaikannya, sehingga anak akan lebih berpikir kritis dalam menghadapi masalah. Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh dari guru sejarah di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pecangaan Kabupaten Jepara, diketahui bahwa suasana pembelajaran di kelas masih kurang kondusif.


C. Landasan teori
1. Teori Belajar
Gagne dan Berliner (1983: 252) menyatakan bahwa balajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Slavin (1994: 152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Catharina, 2006:2).
Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely, 1980). Perumusan tujuan pembelajaran itu adalah, yakni hasil belajar yang diinginkan pada diri pembelajar, agak lebih rumit untuk diamati dibandingkan dengan tujuan lainnya, karena tujuan pembelajaran tidak dapat diukur secara langsung.
Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri pembelajar, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesaikan pengalaman belajar (Catharina, 2006:5).

2. Model pembelajaran Probing-Prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya mengajukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Ketrampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjutan. Ketrampilan bertanya dasar mencakup : pertayaan yang jalas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertayaan (ke seluruh kelas,ke peserta didik tertentu, dan ke peserta didik lain untuk menanggapi jawaban), pemberian waktu berfikir, pemberian tuntunan (dapat dilakukan dengan mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, menanyakan dengan pertayaan yang lebih sederhana, dan mengulangi penjelasan yang sebelumnya).
Pembelajaran probing prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan. Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam model pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman dkk, 2001:160). Dengan menerapkan model pembelajaran probing prompting, maka diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar mata pelajaran sejarah sehingga diperoleh pula hasil prestasi belajar yang memuaskan. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa penerapan model probing prompting dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pecangaan tahun pelajaran 2020/2021.

D. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pra siklus yang diperoleh di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pecangaan Kabupaten Jepara diperoleh data dari observasi kondisi awal, berkaitan dengan penilaian sikap, penilaian pengertahuan dan penialaian ketrampilan. Penialaian sikap dilakukan peneliti dengan melakukan penilaian observasi berdasarkan pengamatan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh. Hasil penilaian sikap siswa dalam pra siklus cukup baik dan masih perlu untuk ditingkatkan.

Peneliti melakukan observasi untuk melakukan penilaian pengetahuan pra siklus. Berdasarkan hasil evaluasi pra siklus siswa masih sangat rendah, masih banyak siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal, nilai pengetahuan pra siklus siswa masih sangat rendah, masih banyak siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Nilai tertinggi 91, nilai terendah 48, rata-rata nilai pengetahuan 69, 88 % dengan jumlah siswa tuntas 15 siswa dan yang tidak tuntas 19 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 44 % dan persentase tidak tuntas belajar 56%. Untuk dapat melihat lebih jelasnya dapat di lihat tabel dibawah ini. Peneliti dalam pelaksanaan pra siklus memberikan tugas proyek kepada peserta didik untuk mendapatkan data penilaian ketrampilan siswa dan mendapatkan hasil yang cukup baik. Nilai tertinggi 93, nilai terendah 65, rata-rata nilai ketrampilan 73 dengan jumlah siswa tuntas 20 siswa dan yang tidak tuntas 14 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 58,8 % dan persentase tidak tuntas belajar 41,2%.
Dalam pelaksanaan pra siklus peneliti menemukan berbagai permasalahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak jauh diantaranya :
1) Siswa masih sulit ditertibkan untuk pembelajaran sinkronus.
2) Siswa secara kedisiplinan belum baik karena ada beberapa yang menggunakan kaos pada saat pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
3) Guru masih tampil dominan karena kurangnya persiapan siswa dalam menghadapi pembelajaran secara sinkronus.
4) Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran hanya didominasi oleh beberapa siswa saja.Siswa masih malu-malu menampilkan videocamnya karena belum terbiasa dengan pembelajaran sinkronus.
5) Metode tanya jawab yang dilakukan dalam pembelajaran masih bersifat searah dimana guru bertanya dan siswa menjawab, belum tercipta umpan balik antara siswa dengan guru, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa.
6) Hasil evaluasi pembelajaran dalam bentuk soal pilihan ganda pra-siklus nilainya masih belum memuaskan.
7) Hasil penilaian ketrampilan dalam bentuk tugas proyek belum memuaskan dan perlu untuk ditingkatkan.

Penelitian yang telah di laksanakan di kelas XI MIPA 1 SMA N 1 Pecangaan Kabupaten Jepara ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh selama 2 jam pelajaran (2 x 30 menit) yang diikuti 34 pada tanggal 2 November 2020. Pada kegiatan awal, guru menyiapkan media pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan acuan kepada siswa dengan cara menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemudian guru memberikan apersepsi dengan cara menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya. Dengan menanyakan materi yang sebelumnya membantu siswa mengingat materi yang lalu untuk memancing semangat siswa dalam belajar. Pada kegiatan apersepsi ini guru mengkontekstualisasikan materi “Dampak Penjajahan Bangsa Eropa di Bidang Ekonomi Bagi Bangsa Indonesia Saat ini” dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang aktivitas perbankan dengan pembangunan De Javasche Bank yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Guru menampilkan 4 gambar pada layar PPT yang dapat dilihat siswa dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh dan menanyakan kepada siswa tentang gambar-gambar tersebut dan kaitannya dengan kebijakan ekonomi pemerintah kolonial di Indonesia. Terjadi aktifitas tanya jawab antara siswa dan guru yang sifatnya dua arah dan siswa juga saling menguatkan pendapat teman dan menyanggah pendapat yang dianggap kurang tepat bagi pemahamannya. Tercatat ada 12 tanya jawab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Terjadi peningkatan dibandingkan dengan aktivitas pembelajaran pra siklus yang hanya didominasi aktivitas tanya jawab yang searah antara guru dan siswa dalam 6 pertanyaan tanya jawab. Kegiatan inti dalam kegiatan pembelajaran daring ini berlangsung selama 35 menit.
Dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 diakhiri dengan kegiatan penutup. Siswa memberikan kesimpulan atas kegiatan pembelajaran hari ini dan dikuatkan dengan kesimpulan yang disampaikan oleh Guru. Siswa pada akhir pembelajaran mengerjakan evaluasi dalam bentuk pilihan ganda dan tugas portofolio sebagai alat ukur untuk mengetahui peningkatan hasil belajarnya. Ada 3 penilaian yang dilakukan oleh guru pada kegiatan siklus 1. Penialaian sikap dilakukan peneliti dengan melakukan penilaian observasi berdasarkan pengamatan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh. Hasil penilaian sikap siswa dalam siklus 1 cukup baik dan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dibanding pada saat pra siklus.
Dari observasi awal yang dilakukan peneliti pada siklus 1. Nilai pengetahuan rata-rata siswa prasiklus adalah 69,94 kemudian meningkat setelah dilakukannya tindakan pada siklus I menjadi 77, namun peningkatan tersebut belum memenuhi ketuntasan belajar yang diharapkan oleh guru yakni telah ditetapkan sebesar 80%. Peneliti dalam pelaksanaan siklus 1 memberikan tugas portofolio kepada siswa untuk mendapatkan data penilaian ketrampilan siswa dan mendapatkan hasil yang meningkat dibanding pada saat pra siklus. Nilai tertinggi 91, nilai terendah 65, rata-rata nilai ketrampilan 73 dengan jumlah siswa tuntas 31 siswa dan yang tidak tuntas 3 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 91 % dan persentase tidak tuntas belajar 9 %.
Berdasarkan hasil evaluasi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan siswa yang dilakukan pada siklus 1 dan 2 menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting telah mampu menjadi solusi bagi peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas XI MIPA 1 SMA N 1 Pecangaan. Model pembelajaran probing prompting dapat menjadi solusi bagi peningkatan hasil belajar Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA N 1 Pecangaan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2020/2021.


E. Penutup
1. Kesimpulan
1). Model pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

2). Model pembelajaran probing-prompting telah mampu menjadi solusi bagi peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas XI MIPA 1 SMA N 1 Pecangaan. Hasil penilaian sikap siswa dalam siklus 2 sangat baik dan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dibanding pada saat siklus 1.
Berdasarkan hasil evaluasi siklus 2 nilai pengetahuan siswa meningkat dibanding pada saat siklus 1. Data yang diperoleh dari observasi siklus 2, nilai tertinggi 90, nilai terendah 70, rata-rata nilai pengetahuan 79, 6 dengan jumlah siswa tuntas 32 siswa dan yang tidak tuntas 2 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 94 % dan persentase tidak tuntas belajar 6 %.
Peneliti dalam pelaksanaan siklus 2 memberikan tugas portofolio kepada siswa untuk mendapatkan data penilaian ketrampilan siswa dan mendapatkan hasil yang meningkat dibanding pada saat siklus 1. Nilai tertinggi 91, nilai terendah 67, rata-rata nilai ketrampilan 76, 9 dengan jumlah siswa tuntas 31 siswa dan yang tidak tuntas 3 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 91 % dan persentase tidak tuntas belajar 8 %.

Daftar Pustaka

Anni, Catharina. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UNNES.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Beeby, C.E. 1981. Pendidikan Di Indonesia. Jakarta : LP3ES
Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001.Perencanaan Pengajaran. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Kasmadi, Hartono, 2001. Pengembangan Pembelajaran dengan Model-Model Pengajaran Sejarah. Semarang : PT Prima Nugroho Pratama Semarang.
Mulyasa, 2008. Menjadi guru profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina, Dr, M.Pd. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : Rumah Indonesia
Sudjana, Nana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :Rosdakarya.
Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset
Widja, I Gede.1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : P2LPTK.
Wardani, IGAK, dkk.2007. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT