MA Darul Ulum Purwogondo

Jl. Kromodiwiryo Purwogondo RT. 05 / RW. 01 Kalinyamatan Jepara

Terbentuknya Peserta Didik yang Sholih dan Sholihah

ANDREA HIRATA, AGEN PERUBAHAN SASTRA MODERN INDONESIA

Senin, 06 September 2021 ~ Oleh Muhammad Faizuddin, S.Kom. ~ Dilihat 1432 Kali

ANDREA HIRATA, AGEN PERUBAHAN SASTRA MODERN INDONESIA

Oleh : Chilwa Eliyana

 

Pemuda adalah generasi penerus bangsa dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua.[1]Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pemuda adalah orang muda laki-laki, remaja, taruna, dan para pemuda ini akan menjadi pemimpin bangsa.[2] Generasi muda sering disebut sebagai “Agent of Change” dan “Agent of Social”. Agent of Change, artinya sebagai pemuda kita memiliki peran untuk merubah negara ini menjadi negara yang maju dan berkembang. Sedangkan Agent of Social mempunyai makna dengan IPTEK, ekonomi dan sosial yang maju, kita mampu menjadikannya lebih baik. Oleh karena itu peran generasi muda sangat penting bagi kemajuan di negara kita, baik itu sumber daya manusianya atau yang lain.

Andrea Hirata salah satu dari generasi muda yang mampu membuat masyarakat Indonesia memuji semua karyanya. Penulis yang terkenal karena novel Laskar Pelangi nya ini mampu membuat hati masyarakat Indonesia terpikat akan hasil karya yang ia buat. Beberapa novelnya telah diangkat dalam versi layar lebar. Novel Laskar Pelangi sampai dengan saat ini, mencetak rekor dalam dunia sastra Indonesia sebagai novel terlaris sepanjang sejarah.

Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang sepak terjang Andrea Hirata dalam perkembangan sastra di Indonesia dengan mengangkat tema dalam penulisannya yaitu “Andrea Hirata, Agen Perubahan Sastra Modern Indonesia”.

  1. Perjalanan Hidup Andrea Hirata

Andrea Hirata dilahirkan pada 24 Oktober 1982 di Gantung, Belitung. Nama aslinya adalah Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Ketika masih kecil, ayahnya sampai mengganti namanya hingga tujuh kali. Dia bukanlah berasal dari keluarga yang mapan melainkan keluarga sederhana dan tempat tinggalnya dekat dengan sebuah pertambangan milik pemerintah.[3]

Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang cukup memprihatinkan. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya.

Andrea menempuh pendidikan dasar di sebuah Sekolah Dasar Muhammadiyah.[4] Kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah tersebut. Cukup jauh memang jarak yang harus di tempuh dari rumahnya, sekitar 30 km. Ayahnya, bekerja sebagai kuli timah di sebuah perusahaan timah di Belitong. Sementara, ibunya hanya sebagai Ibu rumah tangga. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi dan dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (NyiAyu) Muslimah.[5] Bu Muslimah adalah sosok yang dijadikan Andrea sebagai motivatornya.

 

Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea merantau ke Jakarta setelah lulus SMA.[6] Ia ingin meratau ke Jakarta karena keinginannya menjadi penulis dan melanjutkan pendidikan demi ayahnya. Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari nahkoda untuk tinggal di daerah. Ia menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus ternyata malah mengantarkan dirinya ke Bogor. Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.

Di Bogor, Andrea memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Karena usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Setelah tamat, Andrea mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Andrea lulus dengan status cum laude dan mampu meraih gelar Master Uni Eropa. Ia juga mendapatkan beberapa penghargaan seperti, Winner of Buch Awards Germany 2013, Winner of New York Book Festival 2013 (general fiction category), dan Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) from University of Warwick 2015. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom.[7]

 

  1. Faktor-faktor yang Membuat Andrea Hirata Mengangkat Tema Tentang Kampung Halaman.

Andrea Hirata pertama kali merilis novel yang berjudul Laskar Pelangi (The Rainbow Troops) pada tahun 2005. Dia menghabiskan waktu untuk menulis novel ini hampir selama 6 bulan lamanya, fenomena Laskar Pelangi yang menjangkiti Indonesia saat itu memang mengubah cara berfikir masyarakat pada saat itu. Masyarakat Indonesia seperti terhipnotis dengan bagaimana perjuangan tokoh dalam novel Laskar Pelangi itu apalagi ditambah bahwa novel tersebut merupakan kisah nyata dari penulisnya sendiri membuat hampir mustahil, kisah ini tidak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Ia menulis novel berdasarkan kisah nyata karena, ia sangat terinspirasi kepada sosok Muslimah, guru yang berusaha mempertahankan sekolahnya. Hal itu membuat Andrea menulis novel Laskar Pelangi.

Novel yang ia tulis memang berdasarkan kisah nyata, ia mengisahkan bagaimana pendidikan yang susah dan langka didapat waktu itu, padahal pulau tersebut bisa dibilang kaya dengan hasil alamnya. Ternyata novel yang pertama ini mendapat sambutan yang sangat bagus dari para pembaca hingga mencapai penjualan 5 juta salinan, bahkan edisi bajakannya saja mencapai lebih dari 15 juta salinan.[8]Andrea Hirata tidak berhenti disitu saja, dia melanjutkan penulisan berikutnya yang berjudul Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov.

 

  1. Perkembangan Penulisan Karya Sastra Andrea Hirata

Di negeri ini, tidak mudah menulis novel-novel yang semuanya dapat menjadi best seller, Apalagi itu merupakan karya-karya pertama, ditulis seorang yang tak berasal dari lingkungan sastra, dan lebih gawat lagi, novel-novel itu tak sejalan dengan trend pasar. Tapi hal itu dapat dilakukan Andrea Hirata. Melalui novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata langsung menempatkan dirinya sebagai salah satu penulis muda Indonesia yang amat menjanjikan. Laskar Pelangi telah beredar di luar negeri, bahkan mampu mencapai best seller di Malaysia.[9]Selain novel Laskar Pelangi ada juga novel yang ia buat seperti Edensor (2007), Maryamah Karpov, Sebelas Patriot (2011), Sang Pemimpi (2006), Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas (2010), dan lain-lain. Disamping itu ada juga novel yang diterjemahkan kedalam bahasa asing, yaitu Laskar Pelangi.

Dengan kesuksesannya dalam menulis novel dari tahun 2005, diawali dengan best seller Laskar Pelangi. Andrea Hirata konsisten dengan melahirkan karya-karya terbaiknya, tidak hanya di Indonesia, di dunia Internasional pun mengakui bahwa dia adalah seorang penulis terbaik. Dengan keberhasilan penjualan novel pertama dan antusias pembacanya yang banyak. Desember 2006, LaskarPelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller. Hingga saat ini, Laskar Pelangi sudah terjual lebih dari satu juta eksemplar.

Pada Juli 2006, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit dan pada Mei 2007 dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor. Di tahun yang sama, Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA).[10] Pada November 2008, kembali Andrea menerbitkan novel ke-empatnya yang berjudul Maryamah Karpov, yang berisi cerita tentang sekembalinya Ia ke Pulau Belitung setelah menempuh pendidikan di Perancis. Novel Sang pemimpi diangkat menjadi film Layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza pada 17 Desember 2015. Sang Pemimpi menjadi film pembuka dalam Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2009 pada 4 Desember 2009, dan menjadi film Indonesia pertama yang menjadi pembuka sejak JiFFest pertama pada tahun 1999. Pada tahun 2008 dua orang sutradara terkenal di dunia perfilman Indonesia Riri Riza dan Mira Lesmana, memproduksi sebuah film yang berjudul sama LaskarPelangi yang diadaptasi dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tidak jauh beda dengan antusias penjualan novel, film Laskar Pelangi pun sama menjadi salah satu film yang paling banyak di tonton masyarakat Indonesia.

Pada tahun 2010 hak cipta internasional untuk tetralogi LaskarPelangi ini dibeli oleh agen Amerika dimana saat itu bukunya akan diterjemahkan kedalam bahasa inggris oleh Angie Leilbane yang ditujukan untuk pasar luar negeri, hak cipta tersebut kemudian diakui oleh Kathleen Anderson Literary Management. Setelah itu, Andrea Hirata membuka sebuah perpustakaan di kota kelahirannya.

 

 

 

 

 

Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai Andrea Hirata dengan tema “Andrea Hirata, Agen Perubahan Sastra Modern Indonesia”, penulis menarik kesimpulan:

  1. Andrea Hirata adalah penulis yang dilahirkan di Belitung. Meskipun ia tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan, ia tetap semangat untuk mencari pengetahuan hingga ia mendapatkan beasiswa untuk sekolah ke luar negeri.
  2. Andrea Hirata pertama kali menulis novel dengan judul LaskarPelangi. Ia menulisnya berdasarkan kisah nyata, karena ia sangat terinspirasi terhadap sosok Muslimah, guru favoritnya.
  3. Andrea Hirata memiliki beberapa karya yang dapat dikatakan sebagai Best Seller, diantaranya LaskarPelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor.

Saran

Penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

  1. Genarasi muda Indonesia hendaknya tidak hanya mengagumi sosok Andrea Hirata sebagai seorang novelis, tetapi kita harus dapat mengambil pelajaran hidup dari pesan-pesan moral yang disampaikan dalam karya-karyanya.
  2. Generasi muda Indonesia hendaknya tidak hanya mengagumi novel-novel asing seperti Harry Potter yang ironisnya adalah karya dari negara modern tetapi menjual mitos atau drama Korea yang menjual kisah cengeng tentang percintaan, tetapi baca dan kagumi karya anak bangsa yang mengangkat tema khasanah kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Eko. http://andrea-hirata.com; wikipedia; the jakarta post / (diunduh pada 25 Oktober 2015 pukul 13:45)

Hirata, Andrea. 2008. Edensor. Bandung:Bentang Pustaka.

Hirata, Andrea.2008.LaskarPelangi. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Mutia. http://Mutia Sparkyu_Biografi Andrea Hirata.html (diunduh pada 27  Oktober 2015 pukul 17:40 WIB)

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT