Biografi Mbah H. Dimyati Hasan Pendiri Yayasan Darul Ulum Purwogondo
Rabu,
20 Nopember 2019
~ Oleh Muhammad Faizuddin, S.Kom. ~ Dilihat 5303 Kali
Mbah H. Dimyati Hasan lebih dikenal dengan nama Mbah Dimyati adalah pendiri Yayasan Darul Ulum Purwogondo. Beliau lahir di Purwogondo pada tahun 1912. Mbah Dimyati menikah dengan Zubaidah dan dikaruniai seorang putri bernama Atikah. Atikah binti Dimyati Hasan dinikahkan dengan Sayuti bin Dimyati Abdul Rosyid dan dikaruniai tujuh anak yakni Ahmad Muzakki, Ahmad Edi Zubair, Ahmad Heri Zahir, Ratna Mufida, Elfi Faida, Nor Ifada (alm), dan Ahmad Nu’man Tamim.
Mbah Dimyati dari kecil hingga remaja mondok di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Meskipun beliau seorang santri, tetapi beliau juga mempunyai background seorang pedagang salah satunya yaitu berdagang trasi dan kulit.
Mbah Dimyati meskipun sudah sepuh, tetapi beliau masih mengaji di Kudus. Beliau termasuk santrinya Mbah Arwani dan Gus Ulin. Setiap hari Selasa sebelum ke kuwanaran (thoriqoh) beliau pasti memperbaiki ngajinya. Beliau mempunyai niat untuk lebih mendalami ilmu al Qur’an dengan Gus Ulin. Mbah Dimyati ngaji surat Al Fatihah sampai 3 bulan. Pada waktu 70an Mbah Dimyati berkunjung ke Mbah Hamid Pasuruan. Beliau disuruh mondok selama 3 tahun, dan beliau tanpa berfikir panjang langsung mengiyakan permintaan Mbah Hamid, tetapi sebelum mondok beliau mengatakan bahwa ia harus izin dulu kepada sang istri. Setelah diizinkan beliau kembali lagi ke Pasuruan didampingi asistennya karena usia beliau yang sudah sepuh, tetapi waktu Mbah Dimyati baru mengaji selama 3 hari beliau dipanggil Mbah Hamid. Mbah Hamid mengatakan bahwa ngajinya Mbah Dimyati dirasa sudah cukup dalam waktu 3 hari tersebut. Yang pada awalnya beliau berniat mondok selama 3 tahun menjadi 3 hari.
Pada tahun 1955, Mbah Dimyati membeli sebidang tanah dan dibangun sebuah Madrasah yang diberi nama “Madrasah Wajib Belajar” atau MWB. Uniknya madrasah tersebut proses belajar mengajarnya pada saat itu terjadi pada malam hari dan menggunakan petromax sebagai alat penerangnya. Seiring berjalannya waktu sekitar tahun 60an Madrasah Wajib Bealajar berganti nama menjadi “Madrasah Diniyyah Awwaliyah” yang proses belajar mengajarnya terjadi pada sore hari.
Periode berikutnya pada tanggal 1 Januari 1972 didirikan “MMP” (Madrasah Menengah Pertama) yang diprakarsai oleh H. Dimyati Hasan (alm), Bapak H.Busro, Bapak Sakhowi (alm), Bapak H.Zainudin, Bapak H.Moh.Sayuti (alm), Bapak H.Nasekhan (alm), dan sebagai kepala Madrasah Bapak I’tishom Solhan, BA.
Berangkat dari kurikulum tidak jelas dalam teknis pengajaran di MMP, maka dengan dikeluarkannya format baru sistem kurikulum yang memadukan muatan umum dan agama yang seimbang oleh Departemen Agama Republik Indonesia untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Tsanawiyah), maka tanggal 10 Januari 1974 lahirlah MTs Darul Ulum Purwogondo dibawah Yayasan Perguruan Islam Darul Ulum Purwogondo dan merupakan “Madrasah Tsanawiyah pertama di Jepara”.
Dalam perkembangannya MTs Darul Ulum dengan segenap upaya terus berbenah diri agar mampu bersaing dengan SMP yang lain, melalui peningkatan bidang akademik maupun non akademik, akhirnya mendapat kepercayaan dari masyarakat ditandai dengan antusiasnya masyarakat Jepara umumnya untuk menyekolahkan putra-putrinya di MTs Darul Ulum Purwogondo. Setelah MTs Darul Ulum Purwogondo siswa-siswinya mencapai kelas 3, maka Yayasan Perguruan Islam Darul Ulum membangun sebuah Madrasah Aliyah yang diberi nama “MA Darul Ulum Purwogondo” yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1977 yang letaknya tidak jauh dari MTs Darul Ulum Purwogondo yaitu disebelah baratnya MTs Darul Ulum Purwogondo lebih tepatnya dijalan Kromodiwiryo Desa Purwogondo RT. 05 / RW. 01 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
Mbah Dimyati pada waktu itu juga pernah masuk veteran, semacam tentara Indonesia/orang yang pernah memiliki pengalaman dibidang militer. Mbah Dimyati adalah sosok yang disegani oleh masyarakat karena karakternya yang rendah hati dan pekerja keras,beliau meskipun sudah tua tetapi beliau mempunyai semangat yang tinggi. Beliau tidak pernah menonjolkan kemampuannya, contohnya sewaktu belaiu membeli tanah untuk membangun madrasah, beliau menyuruh orang untuk membeli tanah tersebut. Beliau juga lemah lembut ketika bertegur sapa.
Mbah Dimyati wafat pada tanggal 7 November 1993 diusia 81 tahun dan beliau dimakamkan di pemakaman yang namanya makam Mbah Wedi, Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara.
Penulis: Sofi`anatul Janah
Narasumber: H. Ahmad Muzakki, SE