• MA DARUL ULUM PURWOGONDO
  • Terbentuknya Peserta Didik yang Sholih dan Sholihah

ETNOSAINS; IDENTIFIKASI SUMBER AIR DENGAN DOWSING RODS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik kearifan lokal yang digunakan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi sumber air di dalam tanah yaitu teknik kawat atau dowsing rods. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi dipilih karena pendekatan ini diterapkan untuk memahami fenomena yang terjadi pada subjek penelitian dan memaparkan temuan-temuannya dalam bentuk deskripsi. Dalam penelitian ini, ada dua kategori populasi yang akan dijadikan sebagai informan, yaitu masyarakat Jepara dan pengamat lingkungan. Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Dalam menganalisis data peneliti menganalisis data wawancara dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan teknik dowsing rods mampu digunakan untuk mengidentifikasi sumber air di dalam tanah, hal ini dikarenakan medan magnet yang ada dalam tanah dan air membuat kawat tembaga menyilang yang artinya di bawah kawat tersebut menunjukkan adanya sumber air. Masyarakat Jepara masih menggunakan teknik kawat ini untuk mengidentifikasi sumber air guna membuat sumur dan mencegah kesulitan mendapatkan air ketika musim kemarau, selain menunggu bantuan pasokan air dari pemerintah.

 

Kata kunci : Teknik kawat, dowsing rods, etnosains.

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Jepara adalah salah satu wilayah Kabupaten yang terletak di Pesisir Jawa bagian utara yang dulunya dibelah Selat Muria sebagai pembatas dengan Kabupaten Demak, sebagian wilayah Jepara berupa Lereng Gunung Muria dan sebagian daerah lagi berupa dataran Pesisir Pantai Laut Jawa. Sehingga, ketersediaan air bervariasi dengan sumber air dari pegunungan dan sumber air dari dasar tanah bagi penduduk di Pesisir Pantai, oleh karena itu Jepara pernah mengalami kekeringan yang panjang, hal tersebut tentunya memicu permasalahan pada sektor kehidupan manusia. Hal ini mengakibatkan masyarakat berupaya untuk melakukan segala cara guna mendapatkan ketersediaan air, salah satunya dengan menggunakan teknik tradisional untuk menemukan keberadaan air. Namun, penentuan keberadaan air tanah secara tepat dan efisien sering kali menjadi tantangan, meskipun terdapat berbagai teknologi canggih yang tersedia untuk pemantauan sumber daya air, masih ada kesenjangan pengetahuan dalam akses dan pemahaman masyarakat terhadap informasi tersebut, di samping itu juga dengan alasan biaya yang mahal (Lakitan & Gofar, 2013).

Contoh permasalahan kekeringan yang nyata terjadi di Indonesia adalah bencana alam kekeringan yang terjadi di Kabupaten Sumenep Jawa Timur (Firdaus, 2023) dan masalah kekeringan lahan pertanian di Kota Pariaman yang diakibatkan oleh musim kemarau panjang yang membuat petani kesulitan mencari sumber air (Hendriyan, 2023). Kedua permasalahan tersebut hanyalah sebagian kecil dari banyaknya bukti nyata bahwa masalah kekeringan sangat memperihatinkan di Indonesia. Apabila masalah ini tidak diatasi tentunya masyarakat akan kesulitan menemukan sumber air ketika masa musim kemarau menerjang Kabupaten Jepara

Sementara itu, berbagai macam cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan kekeringan air di Indonesia yaitu dengan melakukan analisis hidrologi kekeringan di lahan gambut (Novitasari dkk, 2024) dan melakukan kajian mengenai indeks kekritisan air secara meteorologis di DAS Gandu, Kabupaten Jepara (SR & Suprayogi, 2019). Namun, upaya tersebut belum maksimal dikarenakan metode yang kebanyakan dilakukan oleh peneliti sebelumnya menggunakan alat dan perhitungan yang kebanyakan masyarakat Jepara tidak mengetahuinya. Oleh karena itu jika permasalahan ini dibiarkan tentunya akan mengakibatkan dampak yang besar serta kerugian yang tidak sedikit bagi kehidupan masyarakat Jepara.

Kekeringan yang melanda Kabupaten Jepara tentunya akan mengganggu roda kehidupan masyarakat Jepara. Baik sektor ekonomi, perdagangan, pariwisata, perindustrian, dan khususnya pertanian. Oleh karena itu masyarakat perlu langkah yang tepat guna mengatasi hal tersebut. Beberapa masyarakat Jepara masih menggunakan metode tradisional untuk mengetahui keberadaan sumber air di tanah, yaitu menggunakan kawat atau dikenal dengan dowsing rods. Oleh karena itu dengan fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui efektivitas kearifan lokal tersebut untuk mengetahui keberadaan sumber air ini dengan melakukan identifikasi secara langsung dengan masyarakat Jepara yang masih menggunakan metode tradisional ini.

B.    Rumusan Masalah

  1. Bagaimana langkah-langkah penggunaan teknik kawat dowsing rods untuk mengidentifikasi sumber air?
  2. Bagaimana upaya masyarakat dalam mengatasi kondisi Jepara ketika mengatasi kekeringan dan kesulitan menemukan sumber air untuk kebutuhan sehari-hari?

C.    Tujuan Penulisan

  1. Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan teknik kawat dowsing rods untuk mengidentifikasi sumber air
  2. Untuk mengetahui upaya masyarakat mengenai kondisi Jepara ketika mengalami kekeringan dan kesulitan menemukan air untuk kebutuhan sehari-hari

 

 

D.    Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi dipilih karena pendekatan ini diterapkan untuk memahami fenomena yang terjadi pada subjek penelitian dan memaparkan temuan-temuannya dalam bentuk deskripsi. Dalam penelitian ini, ada dua kategori populasi yang akan dijadikan sebagai informan, yaitu masyarakat Jepara dan pengamat lingkungan. Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Dalam menganalisis data peneliti menganalisis data wawancara dengan analisis deskriptif.

BAB II

PEMBAHASAN

            Etnosains berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti “bangsa” dan sentia yang berarti “pengetahuan”. Ilmu etnis merupakan salah satu cabang ilmu budaya yang mempelajari bagaimana masyarakat setempat memahami hakikat dirinya berdasarkan ideologi dan falsafah hidup (Abonyi, 2014). Ilmu etnis dipahami sebagai aktivitas masyarakat yang memodifikasi pengetahuan alam atas fakta sosial yang diperoleh dari nenek moyang berupa kepercayaan dan mitos yang diturunkan dari generasi ke generasi (Fasasi, 2017).  Para ahli lainnya menyatakan bahwa etnosains merupakan pengetahuan yang berasal dari budaya suatu masyarakat dan dapat menjadi dasar untuk mengkonstruksi suatu realitas yang menekankan pada hubungan antara budaya dan pengetahuan ilmiah modern (Rahayu & Sudarmin, 2015).

Ilmu etnik dapat diartikan sebagai kearifan lokal. Secara etimologis, kearifan lokal  terdiri dari dua kata, yaitu kearifan  dan lokal. Kearifan lokal merupakan suatu cara pandang terhadap kehidupan dan  pengetahuan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan  masyarakat lokal untuk merespon berbagai permasalahan dan memenuhi kebutuhan, serta strategi penghidupan yang berbeda (Njatrijani, 2018).  Kearifan lokal biasanya diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal juga merupakan pengetahuan yang ditemukan oleh komunitas lokal tertentu melalui pemahaman mereka terhadap budaya dan kondisi alam di suatu tempat serta akumulasi pengalaman coba-coba. Kearifan lokal di Indonesia sangat kaya dan beragam, khususnya di Kabupaten Jepara.

Jepara merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai banyak kearifan lokal, salah satunya adalah teknik kearifan lokal untuk mengidentifikasi sumber air menggunakan kawat yang masih dilakukan oleh masyarakat Jepara. Teknik kawat yang dilakukan oleh masyarakat Jepara dikenal dengan nama dowsing rods (Sutrisno dkk, 2022), akan tetapi teknik ini masih mempunyai kelemahan dibandingkan dengan teknik modern, sementara itu beberapa masyarakat Jepara masih menggunakan teknik ini untuk mengidentifikasi sumber air. Oleh karena itu, hal ini membuat peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai teknik kawat tersebut dengan melakukan observasi langsung dan wawancara kepada masyarakat Jepara yang masih menggunakan metode kearifan lokal kawat untuk mengidentifikasi sumber air. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan narasumber yang masih menggunakan teknik kawat.

Dari hasil uji coba yang dilakukan dengan warga yang menggunakan teknik kawat untuk mengidentifikasi sumber air menunjukkan bahwa kawat tembaga yang digunakan mengarah ke sumur dan menyilang. Adapun langkah-langkah menyiapkan alat dan bahan untuk kawat tembaga dan penggunaannya adalah sebagai berikut :

  1. Siapkan 2 batang kawat tembaga ukuran 50 cm diameter 3 mm, dan 2 sedotan plastik. Kedua kawat dibengkokkan 90 derajat dengan pembagian 40 cm dan 10 cm. Bagian 10 cm di masukan ke sedotan lalu di lilit.
  2. Genggam sedotan masing-masing dengan tangan kanan dan kiri setinggi pinggang dengan kedua kepalan tangan dirapatkan sejajar.
  3. Berjalan maju ataupun mundur, dengan posisi menggenggam kedua sedotan.
  4. Pusatkan perhatian pada tanah yang dilalui, sambil merasakan gerakan ujung kedua kawat tembaga.
  5. Jika kedua kawat bersilang lurus sejajar, pertanda bahwa dibawah tanah tidak ada sumber air. Apabila kedua kawat menyilang, maka pertanda bahwa di dalam tanah terdapat sumber air. Untuk memastikan coba mundur beberapa langkah dan maju beberapa langkah sambil menggenggam kedua sedotan untuk memastikan apakah pada titik tersebut kawat menyilang atau tidak.
  6. Langkah berikutnya, jalan dari arah berlawanan untuk memastikan titik tersebut benar-benar memiliki sumber air. Jika kedua kawat pada yang sama bersilangan, maka kita bisa membuat tanda pada titik tersebut untuk di bor.
  7. Lakukan hal yang sama untuk mencari titik sumber air lain.

Dari wawancara penelitian yang peneliti lakukan dengan pengamat lingkungan yaitu Yunia Fatun Aniroh, S.Si menjelaskan bahwa teknik dowsing rods atau water dowsing yaitu teknik yang cukup menggunakan kawat tembaga saja untuk mengidentifikasi sumber air dan untuk ke akuratan penggunaan alat ini hanya untuk mengetahui keberadaan air. Menurut Yunia juga menjelaskan bahwa terdapat penjelasan ilmiah yang menjelaskan teknik ini, dimana pada bumi yang kita tempati mempunyai medan magnet yaitu kutub utara dan kutub selatan, begitu juga dengan air yang mempunyai medan magnet, dimana air memiliki ion mineral dan ketika ion mineral bergesekan dengan batuan di dalam tanah maka akan menciptakan listrik statis, ketika listrik statis bertemu dengan alat dowsing rods yang terbuat dari kawat tembaga akan membuat kawat ini menyilang, karena kawat tembaga bertemu di titik badan elektromagentik yang menandakan adanya sumber air. Hal tersebut dikarenakan air memancarkan listrik statis dan ditangkap oleh gelombang magnetik serta alat dowsing rods yang kita gunakan.

Pengamat lingkungan juga menuturkan bahwa masyarakat masih menggunakan teknik ini ketika kesulitan mendapat air atau kesulitan menemukan sumber air, selain menunggu bantuan pasokan air dari pemerintah. Dengan adanya kearifan lokal ini tentunya sebagai generasi selanjutnya, kita harus selalu menjaga kelestarian kearifan lokal ini dan berupaya untuk selalu menggunakan kearifan lokal ini. Teknik dowsing rods ini mempunyai keunggulan karena harganya yang murah dan masyarakat bisa menggunakan alat ini untuk mengidentifikasi sumber air yang terdapat dalam tanah.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menggunakan teknik kawat atau dowsing rods sangat mudah digunakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jepara. Teknik kawat ini dibuat dengan menggunakan kawat dan sedotan dengan ukuran 50 cm dan membengkokannya dengan ukuran 40 dan 10 cm, lalu melakukan uji coba di lapangan. Jika kawat menyilang maka di lokasi tersebut terdapat sumber air. Kawat yang menyilang disebabkan oleh medan magnet bumi dan air yang saling bertemu dengan kawat tembaga.

Masyarakat Jepara masih menggunakan kearifan lokal ini dikarenakan teknik ini sangat terjangkau dan mudah digunakan, disamping itu jika menggunakan teknik modern tentunya masyarakat Jepara harus mengeluarkan biaya yang mahal dan tidak mengetahui cara menggunakan alat tersebut. Masyarakat menggunakan teknik ini selain menunggu bantuan pasokan air bersih dari pemerintah. Selain itu, teknik ini juga digunakan oleh masyarakat untuk menentukan sumur yang akan dibuat dengan sumur bor.

B.    Saran

Dari penelitian yang dilakukan peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menguji efektivitas antara teknik dowsing rods dengan teknik modern dalam mengidentifikasi sumber air dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Abonyi, S. O. (2014). "Innovations in Science and Technology Education: A Case for Ethnoscience Based Science Classrooms". International Journal of Scientific & Engineering Research5 (1).)

Fasasi, R. A. (2017). "Effects Of Ethnoscience Instruction, School Location, and Parental Educational Status on Learners' Attitude Towards Science". International Journal of Science Education. 39 (5): 548–564).

Firdaus, D. N. (2023). Strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam Mitigasi Bencana Alam Kekeringan di Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur (Doctoral dissertation, IPDN).

Hendriyan, H (2023). “Identifikasi Kawasan Terdampak Kekeringan pada Lahan Pe rtanian di Kota Pariaman”. Jurnal Teknik Indonesia, 2(4), 138-149.

Lakitan, B., & Gofar, N. (2013, September). “Kebijakan Inovasi Teknologi Untuk Pengelolaan Lahan Suboptimal Berkelanjutan”. In Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal “Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal Dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional”, Palembang (pp. 20-21).

Njatrijani, R. (2018). “Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Kota Semarang”. Gema keadilan5(1), 16-31.

Novitasari, R. E. R., Putri, N. R. A., Dyastawan, A., & Huda, M. N. (2024, January). “ANALISIS HIDROLOGI KEKERINGAN DI LAHAN GAMBUT BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DAN PENGAMATAN MUKA AIR TANAH”. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN LAHAN BASAH (Vol. 9, No. 1, pp. 195-203).

Rahayu, W. E., & Sudarmin, S. (2015). “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Etnosains Tema Energi dalam Kehidupan Untuk Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa”. Unnes Science Education Journal4(2).

SR, I. E., & Suprayogi, S. (2019). “Kajian Indeks Kekritisan Air Secara Meteorologis di DAS Gandu, Kabupaten Jepara”. Jurnal Bumi Indonesia8(3).

Sutrisno, S., Asy’ari, F., Azmal, A., Lestari, M., Faizal, A., Iswanda, D., & Andriani, D. (2022). PENERAPAN IPTEK PADA PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PONDOK PESANTREN MAMBAUL ULUM DESA PUNGGUR KECIL KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA. J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat2(7), 5513-5520.

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
ETNOSAINS; IDENTIFIKASI SUMBER AIR DENGAN DOWSING RODS

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik kearifan lokal yang digunakan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi sumber air di dalam tanah yaitu teknik kawat atau dowsing

08/10/2025 20:40 WIB - Akhmat Sofiyan, S.Pd.
UPAYA MENDEKATKAN MUSEUM TERHADAP GENERASI MUDA

UPAYA MENDEKATKAN MUSEUM TERHADAP GENERASI MUDA (Oleh : Naila Faza Zulfa) A. Gambaran Umum Tentang Museum Pengertian Museum Secara etimologis, museum berasal dari kata Yuna

06/09/2021 11:00 WIB - Muhammad Faizuddin, S.Kom.
EKSISTENSI NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DALAM SASTRA DUNIA

EKSISTENSI NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DALAM SASTRA DUNIA Oleh : Khoirul Ummah Sholichah   Sastra menurut Lefevere adalah diskripsi pengalaman kemanusi

06/09/2021 10:00 WIB - Muhammad Faizuddin, S.Kom.
ANDREA HIRATA, AGEN PERUBAHAN SASTRA MODERN INDONESIA

ANDREA HIRATA, AGEN PERUBAHAN SASTRA MODERN INDONESIA Oleh : Chilwa Eliyana   Pemuda adalah generasi penerus bangsa dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban mo

06/09/2021 10:00 WIB - Muhammad Faizuddin, S.Kom.
PUISI TAUBAT NASUHA

TAUBAT NASUHA Buah Karya: Ah. Hudlroh, S.Ag., S.Pd.   Ya Allah Ya Robbi Tuhan Robbul Izzati Aku manusia dhoif ini Bertahun-tahun lamanya hamba hidup bergelimang dosa bahkan

02/09/2021 10:00 WIB - Muhammad Faizuddin, S.Kom.